Hingga saat ini, energi fosil berupa Bahan Bakar Minyak (BBM) dan gas masih merajai pemenuhan energi di Indonesia. Kala krisis BBM dan gas melanda, masyarakat belum memiliki energi alternatif yang berujung aktivitas menjadi lumpuh. Bisa dikatakan, masyarakat kita masih memiliki ketergantungan cukup tinggi terhadap energi fosil.
Energi fosil merupakan jenis energi yang tidak dapat diperbarui. Semakin hari, ketersediannya semakin menipis. 20-40 tahun kedepan energi fosil diperkirakan habis. Lantas, apakah kita harus diam saja? Akankah kita membiarkan anak cucu kita nanti mengalami kesulitan berkepanjangan? Sudah saatnya beralih pada energi masa depan yang lebih bersih, asri dan berkelanjutan. Mulai dari sekarang, kawan. Tak perlu menunggu energi fosil benar – benar habis untuk memulainya.
Energi masa depan yang saya ajukan disini adalah energi panas bumi atau yang biasa dikenal sebagai energi geothermal. Dibalik keindahan indonesia yang tampak oleh mata, di perut bumi negeri kita tersimpan potensi geothermal yang melimpah, mencakup 40% potensi geothermal di dunia, tersebar di 251 lokasi pada 26 propinsi dengan total potensi energi 27.140 MW atau setara 219 Milyar ekuivalen Barrel minyak. Fakta ini membuat Indonesia menempati urutan pertama penghasil geothermal terbanyak di dunia. Namun, baru sekitar 4% potensi ini yang digunakan. Sayang sekali bukan jika tidak dikembangkan? Memang, diperlukan stokeholder dan para ahli yang memiliki kepedulian besar terhadap energi masa depan agar potensi ini tidak tersia – siakan.
Pertama kali mendengar energi geothermal, saya yang masih awam tentang jenis energi ini berpikir “kenapa energi geothermal dikategorikan energi berkelanjutan ya? Padahal kan mengeruk isi perut bumi? Bukannya sama saja dengan energi fosil yang lama – lama juga akan habis?” Apa kawan ada yang berpikiran sama? Nah, setelah saya mencoba memahami proses pemanfaatan energi geothermal, saya menyadari kalau geothermal tidak seperti pemikiran awal saya. Secara singkat, mekanisme pemanfaatan geothermal adalah sebagai berikut:
Pada daerah penghasil geothermal, dibangun sumur-sumur bor. Hasil pemboran menghasilkan fluida dalam dua fasa, yaitu berbentuk uap dan cair. Setelah keduanya dipisahkan, uap dialirkan ke turbin pemutar generator. Generator akan mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Setelah dimanfaatkan, uap keluar dari turbin dan menuju ke kondensator untuk diubah wujudnya menjadi cair, yang disebut kondensat. Kondensat dan zat cair hasil pengeboran dialirkan ke ruang pendingin agar suhunya turun. Setelah cukup dingin, cairan dimasukkan kembali kedalam bumi melalui sumur injeksi. Di perut bumi, cairan ini akan dipanaskan kembali oleh panas bumi yang pembentukannya terus menerus, sehingga tidak akan habis. Dengan demikian, energi panas bumi adalah energi yang berkelanjutan.
gambar: proses pemanfaatan geothermal
sumber gambar: geothermal.marin.org |
Ternyata, selain sifat geothermal yang renewable dan potensinya melimpah di negeri kita, pemanfaatan geothermal juga sejalan dengan langkah penyelamatan bumi dari pemanasan global. Pemanasan global disebabkan polusi gas rumah kaca seperti CO2 yang terlalu banyak di atmosfer. Bahan bakar fosil merupakan penyumbang terbesar emisi gas CO2 ini. Karena geothermal tidak menghasilkan gas rumah kaca, dengan menggunakan geothermal berarti kita telah ikut berpartisipasi menyelamatkan bumi. Ibaratnya, sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.
0 komentar:
Posting Komentar